TUGAS
SISTEM INFORMASI
MANAJEMEN RUMAH SAKIT
SIM
PELAYANAN
IGD
Oleh:
GUSNI KHAIDIR
NIM 1605026
Dosen:
Dr. dr. H. BOY
S. SABARGUNA, MARS
PROGRAM STUDI
MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN
ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
STIKes HANG TUAH
PEKANBARU
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapakan kehadirat Allah SWT, yang mana dengan rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis ucapkan kepada Dosen Pengampu mata kuliah
SIMRS, yaitu Dr. dr. H. BOY S. SABARGUNA, MARS. yang telah banyak memberikan
pembelajaran kepada kami. Tugas yang penulis buat ini sebagai salah satu tugas
yang telah diberikan oleh dosen pengampu untuk memenuhi suatu perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada
dalam penulisan
ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari rekan – rekan
sekalian yang bersifat membangaun. Dan penulis berharap agar tugas ini dapat digunakan sebagai mana mestinya.
Pekanbaru, 10 Juni 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................
A. Latar
belakang......................................................................
B. Rumusan
Masalah ………………………………………...
C. Tujuan
dan Manfaat ………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................
A. Rumah
Sakit.........................................................................
B. IGD......................................................................................
1. Jenis dan pelayanan
emergency ...................................
2. Pelayanan ambulans IGD 24
jam..................................
3. Kriteria pasien yang di
tangani.....................................
4. Ruang Lingkup IGD.....................................................
5. Penatalaksanaan Pasien.................................................
6. Initial Assesment...........................................................
7. Primary Survei...............................................................
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN................................................
A. Profil Rsumah Sakit.............................................................
B. Pembahasan ........................................................................
BAB IV KESIMPULAN ........................................................................
A.
Kesimpulan...........................................................................
B.
Saran.....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Table 3.1.
Kegiatan Laboratorium Menurut Jenis Pemeriksaan Tahun 2016
Tabel 3.2. Tabel Analisis Kebutuhan
Pengembangan Sistem......................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan masyarakat di Republik Indonesia dari
tahun
ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Peningkatan layanan ini
disebabkan adanya keberpihakan dan perhatian pemerintah
terhadap peningkatan kualitas kesehatan masyarakat
sebagai salah satu komitmen
pembangunan kualitas masyarakat di Indonesia. Sejalan dengan
peningkatan kualitas kesehatan, pemerintah telah
mencanangkan program “Indonesia
Sehat 2010” Program ini disertai dengan berbagai upaya yang
sinergis oleh Departemen Kesehatan RI, misalnya
peningkatan kompetensi dokter,
penyediaan obat murah, pencanangan apotik rakyat, dan lain
sebagainya. Penanganan kondisi seperti ini memerlukan
kecepatan dan keakuratan
data agar agar solusi yang diberikan benar-benar tepat dan
efektif. Solusi yang tepat dan efektif hanya dapat
dihasilkan oleh sistem informasi.
Disisi lain, kehadiran dan kecepatan perkembangan
teknologiinformasi (Technology Information) telah menyebabkan terjadinya
proses perubahan didalam segala aspek kehidupan. Kehadiran teknologi informasi
turut berperan dalam layanan kesehatan dari Rumah sakit,
klinik, apotik dan lain
sebagainya dengan kecepatan dan keakuratan terhadap pengolahan data
sehingga memudahkan dalam mengambil keputusan penting.
Menurut surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah sakit, pelayanan
kesehatan di rumah sakit
berupa pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap dan
pelayanan gawat darurat yang mencakup pelayan medik dan
pelayanan penunjang
medik.
Instalasi Gawat Darurat yang merupakan suatu bentuk
penanganan kegawatdaruratan
memiliki berbagai macam kegiatan. Menurut Flynn (1962) dalam Azrul (1997) kegiatan IGD secara umum dapat
dibedakan sebagai
berikut: Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat; Pelayanan
gawat darurat yang sebenarnya bertujuan untuk
menyelamatkan kehidupan penderita
(live saving) untuk memperoleh pelayanan pertolongan pertama
(first aid) dan bahkan pelayanan rawat jalan (ambulatory
care),
Menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus
yang
membutuhkan pelayanan rawat inap intensif; Kegiatan kedua
yang menjadi tanggung jawab
IGD adalah Menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang membutuhkan pelayanan intensif.
Pada dasarnya pelayanan ini
merupakan lanjutan dari pelayanan gawat darurat, yakni
dengan merujuk kasus-kasus gawat darurat yang dinilai
berat untuk memperoleh
pelayanan rawat inap intensif dan Menyelenggarakan
pelayanan informasi medis darurat; Kegiatan ketiga yang
menjadi tanggung jawab
UGD adalah menyelenggarakan informasi medis darurat dalam
bentuk menampung serta menjawab semua pertanyaan anggota
masyarakat yang ada
hubungannya dengan keadaan medis darurat (emergency medical
questions).
Sebagai suatu institusi yang membutuhkan pengelolaan
informasi rawat jalan
yang baik, Rumah sakit Prof. DR. Tabrani memiliki dua unit kerja
yang saling berkaitan diantaranya; Instalasi gawat
darurat (IGD) dalam hal ini
sangat konsisten dalam memberikan pelayanan kesehatan rawat jalan
kepada masyarakat dan Unit informasi sebagai penunjang
pengolahan data. Pemberian
pelayanan utama dilakukan oleh Instalasi gawat darurat (IGD)
untuk memperoleh informasi diagnosa Dengan meningkatkan
mutu
pelayanan terhadap pasien sehingga mampu memberikan
kemudahan terhadap
pengambilan keputusan untuk pihak manajemen dalam memperoleh informasi-informasi dan mendapatkan laporan
yang diperlukan kepada
pasien.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Rumah
sakir Sakit Prof. DR. Tabrani yang merupakan salah satu badan pelayanan publik
yang menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, namun tidak dapat
dipungkiri bila pelayanan kesehatan yang disediakan oleh sector publik masih
banyak kendala dan hambatan terutama hal kualitas pelayanan. Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada
pembahasan ini adalah tata
laksana sistem informasi manajemen pelayanan iInstalasi Gawat Darurat (IGD) di
Rumah Prof. DR. Tabrani.
C.
TUJUAN
1.
Diketahuinya tata
laksana sistem informasi pelayanan Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit Prof.
Dr. Tabrani pekanbaru.
2.
Diketahuinya tata
laksana prosedur pelayanan Istalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit Prof. Dr.
Tabrani pekanbaru.
3.
Diketahuinya tata
laksana sistem rujukan Instalasi
Gawat Darurat di Rumah Sakit Prof. Dr. Tabrani
pekanbaru
D.
MANFAAT
1.
Bagi
rumah sakit
Sebagai bahan masukan untuk
melakukan perubahan dari sisi sanitasi rumah sakit untuk meciptakan kesehatan
lingkungan rumah sakit yang maksimal dan sesuai peraturan perundang-undangan.
2. Bagi Institusi
Pendidikan
Sebagai
bahan masukan kepada institusi pendidikan dan sebagai bahan bacaan atau
referensi untuk penelitian dan pembuatan makalah selanjutnya bagi institusi
pendidikan yang memerlukan.
3. Bagi Peneliti
Menambah
ilmu pengetahuan, keterampilan dan memperdalam pemikiran serta memproleh pengalaman yang berharga
secara langsung dari Rumah Sakit dengan menerapkan teori yang diperoleh dari
Institusi Pendidikan dan sebagai referensi penelitian dan pembuatan makalah berikutnya.
BAB
II
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
A.
RUMAH
SAKIT
Undang-undang kesehatan No. 36
tahun 2009 pasal 54 ayat 1 dikatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan kesehatan
dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan
nodiskriminatif. Artinya pelayanan kesehatan harus bermutu dan berkualitas serta,
harus menyentuh seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali.
Pelayanan kesehatan adalah setiap
upaya yang diselenggarakan secara
sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, maupun masyarakat (Sondakh dkk,
2013). Ruang lingkup pembangunan kesehatan selain upaya promotif dan preventif,
didalamya juga terdapat prmbangunan kesehatan bersifat kuratif dan rehabilitatif.
Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan
pada masyarakat yang bergerak
dalam kegiatan kuratif dan rehabilitatif, dengan tujuan memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi dimata pasien dan keluarga pasien.
Mutu
pelayanan kesehatan adalah kesesuaian pelayanan kesehatan dengan standar
profesi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara baik, sehingga semua
kebutuhan pelanggan dan tujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
dapat tercapai (Bustami, 2011).
Pelayanan
kesehatan di rumah sakit mengarah pada upaya penyembuhan (kuratif), pemulihan
(rehabilitatif) yang dilaksanakan terpadu dengan upaya peningkatan (promotif)
dan pencegahan (preventif). Sedangkan sasaran pelayanan bukan hanya individu
pasien saja, namun dikembangkan mencakup keluarga pasien serta masyarakat.
Dengan demikian pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan pelayanan
kesehatan paripurna.
Undang-Undang no. 44 tahun 2009
tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah sakit adalah bagian dari
integral dari keseluruhan sistem kesehatan yang dikembangkan melalui rencana
pembangunan kesehatan. Sehingga pembangunan rumah sakit tidak lepas dari
pembangunan kesehatan, yakni harus sesuai dengan garis-garis besar haluan
negara, sistem Kesehatan Nasional dan repelita dibidang kesehatan serta
peraturan perundang –undangan (Alamsyah, 2011).
Administrasi
dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata laksana. Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah
Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite
medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan. Tata
laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi,
standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) dan hospital by laws dan Medical Staff
by laws (Pasal 17), Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
B. INSTALASI GAWAT DARURAT
(IGD)
Instalasi
Gawat Darurat (IGD) adalah suatu unit integral dalam satu rumah sakitdimana
semua pengalaman pasien yang pernah datang ke IGD tersebut akan dapat
menjadipengaruh yang besar
bagi masyarakat tentang
bagaimana gambaran Rumah
Sakit itusebenarnya. Fungsinya
adalah untuk menerima, menstabilkan dan mengatur pasien yang menunjukkan gejala
yang bervariasi dan gawat serta juga kondisi-kondisi yang sifatnya tidakgawat.
IGD adalah salah satu unit di rumah sakit yang harus dapat memberikan pelayanan
darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami
kecelakaan, sesuaidengan standar. Untuk menuju pelayanan yang memuaskan
dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, meliputi ruangan, alat
kesehatan utama, alat diagnostik dan alat penunjang diagnostik serta alat
kesehatan untuk suatu tindakan medik. Disamping itu juga tidak kalah
pentingnya sumber daya manusia yang memenuhi syarat, baik kuantitas maupun
kualitas. Petugas yang mempunyai pengetahuan yang tinggi, keterampilan
yang andal dan tingkah laku yang baik.
Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mana penderita
memerlukan pemeriksaan medis
segera, apabila tidak dilakukan akan berakibat fatal bagi penderita. Instalasi
Gawat
Darurat (IGD) adalah salah satu unit di rumah sakit yang
harus dapat memberikan playanan darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami
kecelakaan, sesuai dengan
standar.
Upaya pertolongan terhadap penderita gawat darurat
harus dipandang sebagai satu system yang terpadu dan tidak terpecah-pecah.
Sistem mengandung pengertian adanya komponen-komponen yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi, mempunyai sasaran (output) serta
dampak yang diinginkan (outcome). Sistem yang bagus juga harus dapat
diukur dengan melalui proses evaluasi atau umpan balik yang berkelanjutan.
Pelayanan
yaitu pelayanan keramahan
petugas rumah sakit,
kecepatan dalam pelayanan. Rumah
sakit dianggap baik
apabila dalam memberikan
pelayanan lebih
memperhatikan kebutuhan pasien
maupun orang lain
yang berkunjung di
rumah sakit.Kepuasan muncul dari
kesan pertama pasien masuk terhadap pelayanan keperawatan yangdiberikan.
Misalnya : pelayanan yang cepat, tanggap dan keramahan dalam
memberikanpelayanan keperawatan.
Standar operasional prosedur
dan alur pelayanan :
a.
Pelayanan triase
b.
Ruang resusitasi
c.
Ruang observasi
d.
Pelayanan rekam medik 24 jam
e.
Standar fasilitas medik
f.
Standar tenaga kerja yang kompeten
Pasal 23 Peraturan Menteri
Kesehatan No.159b/1988 : Gawat Darurat
harus ada selama 24
jam. Semua fasilitas
yang tersedia di
IGD sesuai dengan
fungsinya untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan emergency.
1.
Jenis
Pelayanan Emergency Yang Paling Sering Dilakukan :
1)
Tindakan penyelamatan jiwa pada pasien henti napas dan henti jantung;
2)
Penanganan pasien sesak napas;
3)
Penanganan serangan jantung/Payah Jantung;
4)
Penanganan pasien tidak sadar;
5)
Penanganan pasien kecelakaan
6)
Penanganan pasien cidera, misalnya: cedera tulang, cidera kepala, dan
lain-ain.
7)
Penanganan pasien dengan pendarahan;
8)
Penanganan kasus Stroke;
9)
Penanganan pasien kejang dan kejang demam pada anak;
10)
Penanganan pasien keracunan;
11)
Penanganan pasien dengan sakit perut hebat;
12)
Penanganan medis korban bencana / disaster
2. pelayanan
24 jam ambulans gawat darurat
1)
Untuk transportasi pasien dengan Perawat Ambulans sebagai pendamping;
2)
Untuk MEDIVAC (Medical Evacuation),
yaitu transportasi pasien dengan Tim
3)
Medivac (Dokter & Perawat) sebagai pendamping;
4)
Ambulans Stand By.
3. Fasilitas
gawat darurat meliputi
1)
Ruang tunggu
2)
Ventilasi mekanik
3)
Defiblilator
4)
Bedside monitor
5)
Pulse oximetri
6)
Monitor tekanan darah
7)
Elektrokardiografi (EKG)
8)
Peralatan resusitasi
9)
Defibrilator
10) Bedside Monitor
11) Pulse oximetry
12) Monitor Tekanan Darah
13) Elektrokardiografi (EKG)
14) Peralatan Resusitasi
15) Defibrilator
16) Bedside Monitor
17) Pulse oximetry
18) Monitor Tekanan Darah
19) Elektrokardiografi (EKG)
20) Peralatan Resusitasi
4. Ruang
lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat
1)
Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat
darurat dan terancam nyawanya atau anggota badannya bila tidak
mendapat pertolongan segera.
2)
Pasien dengan kasus False Emergency
Yaitu pasien dengan :
· Keadaan gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat.
· Keadaan gawat tetapi tidak
mengancam nyawa atau anggota badannya.
· Keadaan tidak gawat dan tidak
darurat
5. Kriteria
pasien yang di tangani
Dalam pelayanan
IGD tidak diperbolehkan
untuk menolak pasien gawat
darurat karena keluarga pasien tidak
sanggup membayar. IGD harus menerima semua pasien dan
menangani
sesuai klasifikasi sebagai berikut :
1)
Pasien Gawat Darurat
Pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna
penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih
lanjut
2)
Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien
berada dalam keadaan
gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat,misalnya kanker stadium empat
3)
Pasien Tidak Gawat Darurat
Pasien yang harus mendapatkan pertolongan segera
tapi tidak mengancam nyawa
4)
Pasien tidak gawat tidak darurat
Pasien dengan ulkustropikum
6. Penatalaksanaan
pasien
Setiap IGD
rumah sakit harus
mempunyai Standar Operasional
Prosedur (SOP) mengenai penatalaksanaan pasien
di IGD. Penanganan
penderita gawat darurat
harus mengikuti prinsip dasar yang
sudah berlaku umum, yaitu berdasar prioritas A (airway), B (breathing), C (circulation).
Untuk langkah berikutnya
yaitu D-E dan seterusnya
dapat berlainan sesuai kasus yang
dihadapi. Pada penderita gawat darurat, waktu sangat penting karena itu diperlukan adanya suatu cara yang mudah dilaksanakan. Proses
ini dikenal sebagai Initial assessment (penilaian
awal) lalu kita harus melakukan primary
survey, secondary survey, dan terapi cairan.
7. Initial
Assesment (Penilaian Awal)
1) Persiapan
a. Fase Pra-Rumah Sakit
· Koordinasi yang baik antara
dokter di rumah sakit dan petugas lapangan
· Sebaiknya terdapat
pemberitahuan terhadap rumah sakit sebelum penderita mulai diangkut dari tempat kejadian.
· Pengumpulan keterangan yang
akan dibutuhkan di rumah sakit seperti waktu kejadian, sebab kejadian,
mekanisme kejadian dan riwayat penderita.
b. Fase Rumah Sakit
· Perencanaan sebelum penderita
tiba
· Perlengkapan airway
sudah dipersiapkan, dicoba dan diletakkan di tempat yang mudah dijangkau
· Cairan kristaloid
yang sudah dihangatkan,
disiapkan dan diletakkan
pada tempat yang mudah dijangkau.
· Pemberitahuan terhadap tenaga
laboratorium dan radiologi apabila sewaktu-waktu dibutuhkan.
· Pemakaian alat-alat proteksi dir
2) Triase
Triase berasal dari bahasa Perancis, trier , yang
berarti “menseleksi”, yaitu teknik untuk menentukan prioritas
penatalaksanaan pasien atau korban, saat sumber daya terbatas. Perhatian dititik beratkan pada pasien atau korban dengan kondisi medis
yang paling urgent dan paling besar kemungkinannya
untuk diselamatkan.
TUJUAN: Pada saat IGD penuh dan sumber daya
terbatas maka dengan sumber daya yang minimal dapat
menyelamatkan korban sebanyak mungkin.
KEBIJAKAN:
1. Memilah korban berdasarkan:
· Beratnya cidera
· Besarnya kemungkinan untuk
hidup
· Fasilitas yang ada /
kemungkinan keberhasilan tindakan
2. Triase tidak disertai tindakan
3. Triase dilakukan tidak
lebih dari 60
detik/pasien dan setiap
pertolongan harus dilakukan sesegera mungkin.
Dua jenis keadaan triase dapat
terjadi :
a.
Multiple Causalties
Musibah
masal dengan jumlah
penderita dan beratnya
perlukaan tidak melampui kemampuan rumah
sakit. Dalam keadaan ini
penderita dengan masalah yang mengancam jiwa dan multi trauma akan dilayani lebih dahulu.
b.
Mass Casualties
Musibah masal dengan jumlah penderita dan beratnya
luka melampui rumah sakit. Dalam keadaan ini yang
akan dilayani terlebih dahulu adalah penderita dengan kemungkinan
survival yang terbesar,
serta membutuhkan waktu, perlengkapan dan tenaga paling
sedikit.
8. Primary
Survey (ABCDE)
Penilaian
keadaan penderita dan prioritas terapi berdasarkan jenis perlukaan, tanda-
tanda vital dan mekanisme trauma. Tanda vital penderita harus dinilai secara
cepat dan efisien. Tujuan : untuk mengetahui kondisi pasien yang
mengancam jiwa dan kemudian dilakukan
tindakan life saving.
1.
Airway (jalan
nafas)
· Pemeriksaan Jalan
Napas
L = Look/Lihat
gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga, warna
mukosa/kulit dan kesadaran
L = Listen/Dengar aliran udara pernafasan
F = Feel/Rasakan adanya aliran udara pernafasan
· Pengelolaan Jalan
Nafas
a. Pengertian
: tindakan yang
dilakukan untuk membebaskan jalan
napas dengan tetap memperhatikan kontrol servikal.
b. Tujuan : membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan
masuknya udara ke paru secara normal sehingga menjamin kecukupan oksigenasi tubuh.
c. Pengelolaan jalan nafas tanpa alat :
1) Membuka jalan nafas dengan proteksi servikal
·
Chin Lift
Dilakukan dengan maksud
mengangkat otot pangkal
lidah ke depan.
Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang
tulang dagu
pasien kemudian angkat.
·
Head Tilt
Dilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien.
Caranya : letakkan
satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah
sehingga kepala
menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidah pun
terangkat ke
depan.
·
Jaw thrust
Caranya : dorong sudut rahang
kiri dan kanan ke arah depan sehingga
barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas.
Untuk memeriksa
jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat dilakukan teknik Cross
Finger yaitu
dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang disilangkan dan
menekan gigi atas dan bawah.
Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam
rongga mulut dilakukan pembersihan
manual dengan sapuan jari.
Kegagalan
membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu adanya
sumbatan jalan nafas di daerah faring atau adanya henti
nafas (apnea). Bila
hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara melalui
mulut,
bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada sumbatan
pada jalan nafas dan dilakukan
maneuver Heimlich.
ii. Membersihkan
jalan nafas
a.
Sapuan jari (finger
sweep)
Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda
asing pada rongga mulut belakang
atau hipofaring seperti
gumpalan darah, muntahan,
benda asing
lainnya sehingga hembusan nafas hilang.
Cara melakukannya :
· Miringkan kepala
pasien (kecuali pada
dugaan fraktur tulang
leher) kemudian buka
mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila otot
b.
rahang lemas.
· Gunakan 2 jari
(jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus
dengan
sarung tangan/kassa/kain untuk
membersihkan rongga mulut dengan gerakan menyapu.
iii. Mengatasi
sumbatan nafas parsial
Dapat digunakan
teknik manual thrust :
· Abdominal Thrust
Caranya : penolong
harus berdiri di belakang korban, lingkari pinggang korban
dengan kedua lengan penolong, kemudian kepalkan satu
tangan dan letakkan sisi
jempol tangan kepalan pada perut korban, sedikit di atas pusar dan di
bawah ujung tulang
sternum. Pegang erat
kepalan tangan dengan
tangan lainnya. Tekan
kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang cepat ke atas.
Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang jelas.
·
Chest Trush
Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan
tulang dada dengan jari telunjuk
atau jari tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara
kedua putting susu pasien). Bila penderita tidak sadar,
tidurkan terlentang, lakukan
chest thrust, tarik lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan.
· Back Blow
Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat.
Bila nafas tidak efektif atau
berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban
di titik silang garis antar belikat dengan tulang
punggung/vertebrae).
d. Pengelolaan dengan alat
Cara ini dilakukan
bila pengelolaan jalan nafas tanpa alat tidak berhasil dengan
sempurna dan fasilitas tersedia.
Peralatan dapat berupa :
a. Pemasangan Pipa (tube)
· Dipasang jalan
nafas buatan dengan pipa, bisa berupa pipa orofaring (mayo),
pipa nasofaring atau pipa endotrakea tergantung kondisi
korban.
· Penggunaan pipa
orofaring dapat digunakan
untuk mempertahankan jalan
nafas tetap terbuka dan menahan pangkal lidah agar tidak
jatuh ke belakang yang
dapat menutup jalan nafas terutama bagi penderita tidak sadar.
· Pemasangan pipa
endotrakea akan menjamin
jalan nafas tetap
terbuka, menghindari
aspirasi dan memudahkan tindakan bantuan pernafasan.
2.
Breathing
(Pernafasan)
Memperbaiki fungsi
ventilasi dengan cara
memberikan pernafasan bantuan
untuk menjamin
kebutuhan oksigen dan pengeluaran gas karbon dioksida.
Tujuan
: menjamin pertukaran udara di paru-paru secara normal.
Tindakan
:
· Tanpa alat : memberikan pernafasan buatan dari mulut ke
mulut atau dari
mulut
ke hidung sebanyak 2 kali tiupan awal dan diselingi ekshalasi.
· Dengan alat : memberikan pernafasan buatan dengan alat
“AMBU bag”
yang dapat
pula ditambahkan oksigen.
Dapat juga diberikan
dengan
menggunakan
ventilator/respirator.
3.
Circulation
(Perdarahan)
Tindakan yang
dilakukan untuk mengembalikan
fungsi sirkulasi tubuh
yang tadinya
terhenti atau terganggu.
Tujuan
: agar sirkulasi darah kembali berfungsi normal.
Gangguan
sirkulasi ditandai dengan :
a.
Tingkat kesadaran
Bila
volume darah menurun, perfusi otak berkurang yang akan menyebabkan penurunan
kesadaran, tetapi penderita yang sadar belum tentu
normovolemik.
b.
Warna kulit
Warna
kulit dapat membantu diagnosis hipovolemi. Pasien tampak pucat, ekstremitas
dingin, berkeringat dingin dan capillary refill time
lebih dari 2 detik.
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
PROFIL
RUMAH SAKIT
Rumah sakit Prof. DR. Tabrani
didirikan oleh bapak Prod. Dr. Tabrani Rab pada tahun 1978 dengan bentuk Chest
Clinic. Peletakan batu pertama dilakukan
oleh gubernur Riau dan pada tahun 1980 diresmikan oleh Gubernur Riau
bapak H.R Soebrantas. Dalam perkembangannya Chest Clinic ini berkembang menjadi
Rumah Sakit Yayasan Abduurab yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Tabrani dan H.
Soeman HS.
Visi rumah sakit Prof. DR. Tabrani adalah “Menjadi
Rumah Sakit terbaik dan terdepan berasaskan Islam”.
Misi rumah sakit Prof. DR. Tabrani :
1. Menerapkan
nilai islam dalam seluruh pelayanan dan manajemn rumah sakit
2. ,mewujudkan
SDM yang berkualitas, prodesional dan amanah dengan mengutamakan keselamatan
dan kepuasan pasien
3. Menyelenggarakan
pelayanan yang edukatif dalam rangka mewujudkan masyarakat sehat.
Pelayanan
rawat jalan di Rumah Sakit Prof. DR. Tabrani meliputi : mata, THT, tulang anak,
bedah syaraf, kulit dan kelamin, kebidanan dan kandungan, penyakit dalam,
rehabilitasi medik, gigi dan paru. Untuk pelayanan rawat inap terdapat ruangan
Syuhada dengan jumlah bed 9, ruangan Soraya dengan jumlah bed 12, ruangan Nadia
dengan jumlah be 16 dan ruangan Mutis dengan jumlah bed 10. Rumah Sakit
Prof.DR. Tabrani juga memiliki produk unggulan yaitu katering diabete dan poli
lansia, dimana poli lansia adalah pelayanan one stop service yang berarti mulai
dari pendaftaran hingga mendapatkan obat dilaksanakan satu paket disatu
ruangan.
Berikut adalah
jumlah dokter spesialis dan dokter umum di Rumah Sakit Prof. DR. Tabrani:
|
Spesialis
|
Jumlah
Dokter
|
|
Umum
|
3
|
|
Penyakit
Dalam
|
4
|
|
Kebidanan
Dan Kandungan
|
2
|
|
Anak
|
1
|
|
Bedah
|
2
|
|
Orthopaedi
|
1
|
|
Paru
|
1
|
|
THT
|
1
|
|
Mata
|
2
|
|
Kulit
Dan Kelamin
|
1
|
|
Rehabilitasi
Medik
|
1
|
|
Gigi
|
2
|
|
Saraf
|
1
|
|
Bedah
|
1
|
|
Bedah
Anak
|
1
|
B.
PEMBAHASAN
Triage merupakan pengelompokan
korban yang berdasarkan atas berat dan ringannya trauma atau penyakitnya serta
kecepatan penanganan / pemindahan. Pengelompokan dapat dibedakan dari penyebab
kejadian, kejadian massal (Multiple Patient) Adalah kejadian atau timbulnya
kedaruratan yang mengakibatkan lebih dari satu korban yang dikelola oleh lebih
dari satu penolong bukan akibat bencana, kejadian bencana (Mass Cassuality
Disaster) Adalah kedaruratan yang memerlukan penerapan sistem penanggulangan
gawat Darurat terpadu dan bencana (SPGT dan SPGDB). (SOP Rumah Sakit Prof. Dr.
Tabrani 2017). Jumlah dan kasus pasien yang datang ke unit gawat darurat tidak
dapat di prediksikan karena kejadian kegawatan atau bencana dapat terjadi kapan
saja, dimana saja serta menimpa siapa saja. Karena kondisinya yang tidak
terjadwal dan bersifat mendadak serta tuntutan pelayanan yang cepat dan tepat
maka diperlukan triage sebagai langkah awal penanganan pasien di unit gawat darurat
dalam kondisi sehari-hari.
Triage juga diartikan sebagai suatu
tindakan pengelompokkan penderita berdasarkan pada beratnya cidera yang
diprioritaskan ada tidaknya pada gangguan airway (A), breathing (B), dan
circulation (C) dengan mempertimbangkan sarana, sumber daya manusia, dan
probalitas hidup penderita (Kartikawati N, 2012). Prinsip Triage harus
dilakukan dengan segera dan singkat. Kemapuan untuk menilai dan merespon dengan
cepat kemungkinan yang dapat menyelamatkan pasien dari kondisi sakit atau
cidera yang mengancam nyawa dalam departemen gawat darurat.Triage in
HospitalPada unit gawat darurat perawat bertanggung jawab dalam menentukan
prioritas perawatan pada pasien. Ketakutan dan jumlah pasien, skill perawat, 5
ketersediaan peralatan dan sumber daya dapat menentukan seting prioritas.
Hal ini mungkin dipengaruhi oleh
kurangnya pengalaman dan berfikiran jika pasien sudah kritis bukan tugas
perawat yang harus menanganinya akan tetapi dokter yang harus menanganinya,
oleh karena itu perawat tidak mengerti tentang pelabelan yang harus diberikan
oleh perawat. Semua perawat diharapkan melaksanakan triage sesuai SOP Rumah
Sakit terutama pada pemberian label atau warna karena itu merupakan proses awal
dalam penentuan tingkat kegawat daruratan terhadap pasien, apabila perawat
tidak bias melaksanakan triage sesuai tingkat kegawatannya maka tindakan
keperawatan tidak akan terlaksana, dari proses menyeleksi, kemudian memberikan
prioritas dan kemudian memberikan tindakan sesuai dengan kegawatannya.
Pengambilan keputusan adalah bagian yang penting dan integral pada medis dan
praktik keperawatan. Penilaian klinis tentang pasien membutuhkan baik pemikiran
dan intuisi, dan keduanya harus didasarkan pada professional, pengetahuan dan
keterampilan. Banyak praktisi berpendapat bahwa pengambilan keputusan kritis
adalah hanya sekitar akal sehat dan pemecahan masalah, dan sampai batas
tertentu mereka sudah benar. Itu, bagaimanapun, lebih dari ini dan membutuhkan
tingkat keterampilan tertentu.
BAB IV
KESIMPULAM DAN
SARAN
C.
KESIMPULAN
Berdasarkan rumusan dan tujuan
penelitian untuk mengetahui pelaksanaan triage di IGD Rumah Sakit Prof. Dr.
Tabrani, maka dapat disimpulkan sebagian besar perawat melaksanakan triage sesuai
dengan SOP Rumah Sakit Prof. Dr. Tabrani.
D.
SARAN
1.
Bagi
Rumah sakit
Diharapkan
pihak rumah sakit lebih memperhatikan pegawai/perawat yang bekerja di IGD RUmah
Sakit Prof.Dr. Tabrani. Perawat yang melaksanakan Triage berdasarkan SOP Rumah
Sakit diharapkan lebih meningkatkan pelaksanaan triage lebih baik dapat
meningkatkan kembali pengetahuan dan ketangkasan dalam memilih pasien yang
harus diprioritaskan pelaksanaan Triage. Perawat yang tidak melaksanakan Triage
berdasarkan SOP Rumah Sakit diharapkan dapat meningkatkan pelaksanaan triage
dengan baik dan benar. 4. Bagi Institusi Peneliti menyarankan agar meningkatkan
kerja sama dengan instansi kesehatan mengenai pelaksanaan triage.
Artikel yang sangat bagus sekali, bermanfaat dan menambah wawasan. Untuk keperluan pelayanan ada mesi yang sangat penting yaitu : klik di sini ...
BalasHapusMESIN ANTRIAN
Pabrik mesin antrian terraguno, handal dan terpercaya.