Langsung ke konten utama

REVIEW BUKU TEORI PENGEMBANGAN ORGANISASI

 REVIEW BUKU

Hasil gambar untuk logo stikes hangtuah pekanbaru
Oleh :
GUSNI KHAIDIR
1605026

DOSEN :
Dr. BUDI HARTONO

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
STIKES HANG TUAH PEKANBARU
2017




Judul Buku        : Teori Pengembangan Organisasi
Penilus                : Prof. Dr. Sondang P. Siagian, MPA
ISBN                   : 979-526-262-9
Editor                 : 1-cet. 7.--Jakarta : Bumi Aksara, 2012.
Penerbit              : PT BUMI AKSARA
Desain Cover     : Remaja Rosdakarya
Layout Isi           : 270 hml.
Tanggal Terbit   : Juli 2014.
Harga                  :
Tebal                   : 23 cm

BAB I
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN
PENGEMBANGAN ORGANISASI
Organisasi yang mampumewujudkan perubahan yang akan lestari karena berada pada kondisi siap menghadapi berbagai tantangan yang berbentuk, jenis dan interaksinya belum pernah terjadi sebelumnya. Berbagai factor yang menyebabkan timbulnya tantangan dan perubahan tersebut sebagai berikut.
1.      Tantangan masa depan
         Pandangan demikian kian menonjol karena makin di sadari bahwa manusia modern adalah manusia organisasi. Oleh karena itu pengenalan berbagai faktor yang menjadi penyebab timbulnya tuntutan mewujudkan perubahan terencana merupakan aspek yang amat penting dari kehidupan organisasional manusia.
2.      Tingkat pendidikan para pekerja
         Dalam situasi demikian, terdapat dua konsekuensi yang harus dihadapi oleh organisasi pengguna tenaga kerja, yaitu :
a.       Menyelenggarakan pelatihan yang intensif dan terprogram agar para pegawai memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.
b.      Menawarkan pekerjaan yang sebenarnya memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih rendah dari yang dimiliki oleh para pekerjaberkat pendidikan formal yang pernah ditempuhnya yang apabila diterima oleh pekerja yang bersangkutan berarti tingkat imbalan yang diperolehpun lebih rendah dari apa yang semula diharapkan.
3.      Teknologi
         Dapat dipastikan bahwa teknologi mempunyai dampak paling penting dan aplikasi yang beranekaragam dalam kehidupan dunia masa depan, telecommuting, teleconferencing, jalan raya informasi dengan internetnya, kantor tanpa kertas dan lain sebagainya. Kesemuanya itu memerlukan penerapan telnik-teknik PO secara tepat. Agar dapat memenuhi kebutuhan di masa yang akan dating dan mendorong perkembangan oerganisasi secara optimal.
4.      Situasi perekonomian
         Perkembangan regional dan global diikuti oleh perkembangan lokal dalam berbagai Negara. Gejala lain pada tingkat Negara ialah makin menggeloranya gerakan swastanisasi dari badan-badan usaha milik Negara. Tidak sedikit Negara termasuk Negara industri maju yang kapitalistik yang menjual perusahaan-perusahaan milik Negara  ke pihak swasta. Semua gejala dan perkembangan tersebut berangkat dan bermuara pada kepentingan nasional Negara yang bersangkutan di bidang ekonomi. Semua itu hanya mungkin terjadi dengan sikap tanggap dan kemampuan mengantisipasi perubahan yang ada kalanya berlangsung dengan kecepatan yang tidak terduga atau sulit diperkitakan sebelumnya . yang berarti secara terencana dan terprogram melakukan PO.
5.      Faktor Geopolotik
         Bagi dunia bisnis, perubahan di bidang geopolitik itu antara lain berarti tebentuknya pasaran baru yang sangat luas dengan jumlah penduduk yang sangat besar sebagai potensi pembeli berbagai komoditi yang mereka produksikan untuk diekspor yang jelas merupakan peluang yang harus dimanfaatkan semuanya itu membuktikan betapa pentingnya manajemen peka terhadap perubahan yang terjadi dalam berbagai segi kebutuhan manusia.
6.      Persaingan
         Suatu kenyataan dalam organisasi yang tidak bias dihindarkan, pada gilirannya pengembangan organisasi  akan menghaapi persaingan yang tajam bukan hanya perusahaan-perusahaan multi nasional, akan tetapi juga antara mereka dengan perusahaan besar di Negara-negara dunia. Karena berbagai perusahaan dunia bergerak dipasaran yang sama untuk komoditi sejenis. Sifat persaingan tersebut menuntut perusahaan itu untuk :
a.       Mempertahankan keunggulankompetitif yang dimiliki.
b.      Meningkatkan mutu produk dan pelayanan yang akan dihasilkan di pasaran.
c.       Menjamin kontinuitas suplai barang yang dijualnya disertai pelanan purna jual yang dapat diandalkan.
d.      Menjual produknya dengan harga bersaing dengan produk yang lainsejenis yang dipasarkan.
Dalam situasi demikan, setiap perusahaan dituntun agar mampu meningkatkan daya saingnya. Salah satu waha yang diperlukan untuk itu ialah manajemen yang inovatif , suatu hal yang menjadi sasran PO.
7.      Kesadaran tentang perlunya perubahan
         Bentuk kesadaran itu dapat berupa persepsi bahwa organisasi berada pada kondisi ketidak seimbangan atau memerlukan perbaikan. Ketidak seimbangan yang dimaksut adalah
a.       Pertumbuhan pesat yang dialami organisasi.
b.      Kemunduran dalam berbagai kegiatan organisasi.
c.       Perubahan dalam bentuk, jenis dan intensitas persaingan.
d.      Perubahan dalam peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan pemerintah.
e.       Perubahan luas dimasyarakat luas.
f.       Perubahan politik Negara dimana organisasi bergerak.
Persepsi tentang perlunya perubahan terhadap kebutuhan yang benar-benar dibutuhkan dan benar-brnar dirakan dalam PO hanya dalam kondisi demikian para anggota
Organisasi dapat diyakini bahwa dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran dalam organisasi bias ditingkatkan.

BAB II
PERAN DAN GAYA
 KONSULTAN PENGEMBANGAN ORGANISASI
            Konsultan Pengembangan Organisasi (PO) adalah seseorang atau sekelompok orang yang memprakarsai, mendorong dan memperlancar jalannya program perubahan yang bias saja berasal dari dalam organisasi sendiri, akan tetapi mungkin juga dari luar. Dalam melaksanakan tugasnya konsultan menggunakan aneka ragam ketrampilan dalam melakukan intervensi yang dianggapnya paling tepat, seperti misalnya dalam pengembangan kerjasama tim dan dalam hal melakukan transformasi organisasi.Dapat dipastikan bahwa consultan menggunakan berbagai gaya dalam membantu kliennya.
Berbagai factor mempengaruhi  gaya konsultan, seperti jenis ketrampilan dan teknik intervensi, nilai-nilai yang mereka bawa ke organisasi kliennya, cara-cara mereka melaksanakan tugas, orientasi yang mendominasi cara berpikirnya. Mengenai yang terakhir ini seorang konsultan biasanya menggunakan orientasi tentang dua hal yang saling berkaitan, yaitu penekanan pada efektivitas atau pencapaian tujuan di satu pihak dan penekanan pada pemeliharaan hubungan yang serasi, semangat kerja dan kepuasan para pelaku di pihak lain.

            Bedasarkan penelitian para ahli, tipologi gaya konsultan yang umum dikenal dewasa ini ialah :

1.      Gaya Stabilitator
konsultan yang menggunakan gaya ini biasanya bersikap lunak dan merendahkan diri, dalam arti bahwa tujuannya tidak terletak pada efektivitas perubahan dan tidak pula penekanan pada kepuasan para pelakunya .
2.      Gaya penggembira
Gaya ini diambil dari peranan sekelompok pemberi semangat dalam suatu pertandingan olah raga, seperti bola basket cian sepak bola gaya Amerika. Para pemberi semangat tersebut melakukan berbagai hal, seperti me­neriakkan yel-yel pendorong semangat para pemain dari kubu sendiri.
3.      Gaya Analisis
Ciri utama seorang analis adalah rasionalita5nya. Oleh karena itu konsultan yang menggunakan gaya ini biasanya sangat peka terhadap pentingnya penekanan pendekatan efisiensi, tetapi sangat kurang memperhatikan kepuasan para pelaku yang terlibat. Dengan pendekatan demikian, wring seorang konsultan dengan gaya ini menunjukkan sikap yang; konfrontasional dalam arti bahwa jika dalam pemecahan masalah secara rasioxial timbul konflik, manajemenlah yang limits iiiviiyelesaikannya. 
4.      Gaya Pembujuk
Ciri utama konsultan yang menggunakan gaya pembujuk ialah kemampuannya menggabungkan dua dimensi pelaksanaan tugas yang sudah disebut di muka, yaitu peningkatan efektivitas organisasi sekaligus membangkitkan semangat kerja, tetapi tanpa optimalisasi keduanya. Dengan ciri utama demi­kian, konsultan seperti ini akan menggunakan strategi dengan risiko rendah dan akan berupaya untuk menghindari situasi konfrontasional dengan semua pihak terhadap siapa perubahan akan diberlakukan.
5.      Gaya Pandu
Kesan pertama yang menonjol tentang gaya ini ialah bahwa konsultan benar-benar mampu membantu organisasi kliennya memusatkan perhatian pada pemecahan masalah secara mendasar dan mampu menemukan jawaban yang tepat terhadap berbagai pertanyaan fundamental yang dihadapi oleh organisasi.

BAB III
PROSES DIAGNOSTIK

            Pengertian dari Diagnosis Organisasi itu sendiri adalah suatu proses sistematis untukmemahami dan menjelaskan kondisi aktual suatu organisasi, termasuk permasalahan yangdihadapinya, kekuatan dan kelemahannya, tantangan yang dihadapinya, interaksi denganlingkungannya, dan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap keberhasilan organisasi.Diawali dengan mempelajari symptom (gejala) yang dilihat atau dirasakan oleh anggotaorganisasi, Diagnosis Organisasi selanjutnya memeriksa berbagai elemen dan interaksi didalam organisasi, seperti struktur organisasi, sistem administrasi, prosedur kerja, sumberdaya, interaksi anggota, kepemimpinan, budaya organisasi dan berbagai aspek lainnya.

A.    PROSES DIAGNOSIS
Proses diagnosis dapat di jabarkan sebagai berikut :
1.      Identifikasi wilayah permasalahan tentatif
2.      Pengumpulan data
3.      Analisa data
4.      Umpan balik
Jelaslah bahwa diagnose organisasi yang baik tidak hanya memberikan informasi yang tepat tentang hakikat organisasi klien, akan tetapi harus bermanfaat dalam merancang bangun dan memperkenalkan alternative tindakan untuk memperbaiki situasi problematic yang dihadapi. Artinya diagnose yang dilakukan harus memperkuat pandangan tentang perlunya perubahan diwujudkan dan berbagai manfaat yang akan diperoleh apabila perubahan itu diwujudkan.

B.     MODEL-MODEL DIAGNOSTIK
1.      Model Analitikal
Model anatikal dikembangkan untuk mempelajari dan memahami permasalahan antara satuan kerja dengan melakukan secara teliti identifikasi wilayah permasalahan dalam pengembangan organisasi yang bersangkutan.
2.      Model kecenderungan perilaku kelompok
Model ini menyoroti kecenderungan para anggota suatu kelompok menampilkan perilaku tertentu. Model ini didasarkan pada hasil pemikiran George Homans yang sorotan perhatiannya terutama di tujukan pada interdenpedensi antara kelompok.
3.      Model konsultasi manajemen
Terry Amstrong dan Walter sebagai konsultan telah mengembangkan suatu model diagnostic yang menganalisis 6 faktor utama dalam suatu organisasi :
a.       Perencanaan dasr
b.      Praktek-praktek bisnis pada umumnya
c.       Iklan dan promosi
d.      Riset pemasaran
e.       Sumber daya manusia
Menurut kedua konsultan tersebut alangkah baiknya jika berbagai pertanyaan mendasar ditanyakan menyangkut setiap bidang untuk memperoleh indikasi tentang dimana letak permasalahan yang dihadapi oleh klie.
4.      Model sosioteknikal
Model ini digunakan untuk menganalisis suatu organisasi sebagai suatu system sosioteknikal yang berinteraksi dengan lingkungan.

5.      Model analisa bidang kesehatan
Model ini yang ide orisinilnya dikembangkan oleh Kurt Lewin, adalah suatu teknik yang dapat digunakan untuk beraneka ragam kepentingan analisis. Teori ini didasarkan pada pendapat bahwa dalam setiap organisasi selalu ada kekuatan yang menghalangi suatu perubahan.

C.    PROSES PENGUMPULAN DATA
1.      Definisi Sasaran
Langkah pertama dan utama dalam pengumpulan data adalah mende­finisikan sasaran yang ingin dicapai melalui program perubahan yang akan dilakukan. Pemahaman yang tepat tentang berbagai sasaran ini sangat penting karena hanya dengan demikianlah dapat ditentukan informasi yang bagaiman dipandang sebagai informasi yang relevan. Dengan perkataan lain apabila tujuan pengumpulan data tersebut tidak jelas, akan sulit untuk memilih metode pengumpulan yang paling tepat dan standard informasi yang bagaimana yang harus terpenuhi. Untuk memudahkan pelaksanaan tugasnya, seorang penye­lenggara kegiatan PO biasanya memerlukan informasi dalam jumlah yang me­mungkinkannya melakukan diagnosa pendahulu. Berdasarkan diagnosis pendahuluan itu ia lalu memutuskan informasi tambahan apa yang diperlukan untuk kepentingan verifikasi sehingga hakikat permasalah yang dihadapi dan kondisi yang mengakibatkannya dapat dikenali dengan jelas dan pasti.


2.      Faktor-faktor seleksi
Langkah kedua dalam proses pengumpulan data ialah mengidentifikasikan variabel-variabel sentral yang terdapat dalam situasi yang dihadapi seperti perpindahan pegawai, kinerja yang kurang memuaskan dan lain sebagainya. Konsultan dan kliennya memutuskan secara bersama-sama faktor-fakfor mana yang dianggap penting dan informasi tambahan apa yang masih diperlukan agar masalah yang dihadapi oleh klien teridentifikasi dengan baik dan tepat. Biasanya dalam suatu organisasi terdapat sejumlah data yang terkumpul karena beroperasinya organisasi, seperti misalnya laporan produksi anggaran, rasio perpindahan pegawai dan data-data lainnya yang dapat juga digunakan sebagai indikator tentang kemungkinan timbulnya permasalahan dalam organisasi.
3.      Seleksi model pengumpulan data
Langkah ketiga dalam pengumpulan data ialah memilih metode pengumpulan data apa yang akan digunakan. Mudah untuk memahami bahwa, dalam suatu organisasi yang besar terdapat beraneka ragam dan jenis informasi dan oleh karena itu terdapat pula berbagai cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkannya. Dapat dinyatakan secara aksiomatik bahwa tidak ada satu pun teknik pengumpulan data yang cocok untuk semua kepentingan. Artinya pemilihan suatu teknik tertentu sangat tergantung pada hakikat permasalahan yang dihadapi. Yang jelas ialah bahwa metode apa pun yang digunakan metode tersebut harus merupakan metode yang sistematik. Artinya dengan menggunakan satu metode tertentu harus dapat dilakukan perbandingan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif antara berbagai unsur dalam organisasi.
Sumber-sumber Data Sekunder. Apabila seorang praktisi PO memulai tugasnya, dapat dan boleh saja ia mengasumsikan bahwa data yang diperlukannya tidak tersedia dalam organisasi. Akan tetapi seperti telah disinggung dimuka, kegiatan-kegiatan operasional organisasi menghasilkan sejumlah data tertentu yang dapat digunakan dalam mengidentifikasikan wilayah permasalahan yang dihadapi. Data demikian dapat dikategorikan sebagai data sekunder. Beberapa contoh dari jenis data ini ialah data akunting, data produktivitas dan indikator kinerja seperti pencurian yang dilakukan oleh karyawan contohnya pencurian kertas tingkat perpindahan pegawai dan tingkat kemangkiran karyawan.
Kuesioner. Telah dimaklumi bahwa biasanya kuesioner digunakan sebagai instrumen pengumpulan data dalam jumlah yang besar. Para peneliti dan teoritisi PO telah memaklumi bahwa kuesioner amat bermanfaat sebagai alat dalam studi mempelajari sikap, sistem nilai dan keyakinan para responden. Benar bahwa data yang diperoleh dari kuesioner pada umumnya "tanpa kepribadian" karena anonimitasnya dan oleh karena itu unsur perasaan sangat "tipis". Tetapi meskipun demikian metode ini sangat memudahkan upaya melakukan analisis yang bersifat kuantitatif.
4.      Tipe-tipe defenisi lain
Tergantung pada kondisi klien, jenis dan mutu informasi yang diperlukan, penggunaan informasi yang terkumpul, berbagai instrumen lain yang dapat digunakan perlu pula dikenali dan digunakan peneliti PO. Misalnya pendekatan sosiometrikal dapat digunakan apabila data yang dikumpulkan menyangkut kelompok-kelompok kerja dalam sistem klien. Metode ini, yang merupakan hasil pemikiran Moreno, merupakan suatu cara memperoleh data kuantitatif tentang jaringan hubungan dalam berbagai kelompok, biasanya dengan memperhitungkan dimensi-dimensi tertentu yang ada relevansinya dengan upaya mewujudkan perubahan melalui PO.
Dalam sosiogram yang diciptakan masing-masing anggota kelompok digambarkan oleh suatu lingkaran dengan pilihan ditunjukkan oleh panah yang menunjukkan arah pilihan yang dilakukan oleh yang bersangkutan. Jumlah pilihan dapat dituliskan dalam lingkaran dengan menggunakan nama atau huruf tertentu yang menjadi kode bagi anggota kelompok yang dimaksud. Para peneliti biasanya memandang teknik-teknik sosiometri bermanfaat dengan paling sedikit tiga pertimbangan, yaitu:
1.pandangan tentang pola struktur yang terdapat dalam organisasi dapat diketahui,
2.memberikan gambaran tentang kekompakan kelompok, dan
3.membantu menunjukkan di mana kemungkinan timbulnya masalah-masalah operasional.

5.      Observasi langsung      
 Salah satu sumber lain yang penting bagi praktisi PO ialah dengan melakukan pengamatan langsung tentang bagaimana para anggota organisa berperilaku dan berinteraksi. Artinya konsultan mengamati bagaimana caranya para anggota organisasi menyelesaikan tugasnya dan bagaimana mereka memberikan tanggapan atau bereaksi terhadap situasi tertentu. Dengan perkataan lain norma-norma dan sikap yang ditampilkan oleh para anggota suatu organisasi merupakan sumber data yang juga sangat penting. Dengan pengamatan yang dilakukannya dapat dideteksi perilaku yang tidak konsisten atau bahkan tidak sesuai yang berarti situasi yang berbeda dari situasi yang tadinya dijelaskankan atau diharapkan.       
6.      Wawancara       
Keunggulan wawancara sebagai instrumen pengumpulan data ialah bahwa melalui penggunaan instrumen ini dapat diperoleh data yang hampir tidak mungkin diperoleh melalui cara-cara yang lain. Data yang bersifat subjektif seperti norma-norma, sikap dan nilai, yang sulit diperoleh melalui observasi misalnya, dapat disimpulkan melalui wawancara yang efektif. Dalam pada itu memang harus disadari bahwa wawancara bukannya tanpa kelemahan tertentu seperti:
1.  Memerlukan waktu yang banyak,
2. Perlunya pewawancara menjalani pelatihan terlebih dahulu agar memiliki keterampilan yang diperlukan,
3.  Bias atau penolakan yang diwawancarai, dan
4.  Tidak mungkinnya dilakukan perbandingan data antara seorang  responden dengan responden lain secara simultan.
7.   Pelaksanaan pengumpulan data
Untuk memberikan gambaran tentang penggunaan berbagai teknik pe­ngumpulan data, berikut ini diberikan hasil suatu survei yang dilakukan oleh tiga orang konsultan, yaitu Burke, Clark dan Koopman sebagai berikut:
1. Wawancara satu "lawan" satu adalah teknik yang paling banyak gunakan yaitu oleh 85% pengguna,
2.  Observasi digunakan oleh 60% pengguna,
3. Wawancara kelompok digunakan oleh 52% pengguna,
4. Kuesioner digunakan oleh 45% pengguna, dan
5. Mempelajari dokumen yang ada dalam organisasi digunakan oleh 37% pengguna.
Survei yang dilakukan juga menunjukkan bahwa para konsultan biasanya menggunakan beraneka ragam metode pengumpulan data. Setelah keputusan diambil tentang teknik pengumpulan data yang akan digunakan, kegiatan selanjutnya ialah pengumpulan data itu sendiri yang meliputi upaya rancang bangun, penggandaan dan distribusi data yang diperoleh serta pencatatan instrumen pengumpulan data yang digunakan.
BAB IV
MENGATASI MASALAH MENOLAK PERUBAHAN

Perubahan adalah sebuah hal yang pasti akan menimpa dan mempengaruhi organisasi termasuk diantaranya perusahaan. Penolakan terhadap perubahan terjadi pada tingkatan individu orang atau karyawan serta terjadi pada tingkatan organisasi. Penolakan terhadap perubahan hampir pasti akan selalu terjadi. Bagaimana cara mengatasi penolakan perubahan dalam organisasi?
A.    Edukasi, Komunikasi dan Sosialisasi
Informasi mengenai proses perubahan yang terjadi, dalam praktiknya akan selalu mendapatkan bumbu-bumbu tambahan yang terkadang bisa menyesatkan dan berdampak negatif. Informasi yang beredar menjadi simpang siur. Untuk itu mengkomunikasikan alasan yang logis mengenai diperlukannya perubahan dapat mengurangi penolakan atau resistensi dari karyawan. Pertama, adanya komunikasi yang jelas dapat mengurangi dampak dari informasi yang kurang tepat dan komunikasi yang buruk. Jika karyawan menerima informasi yang menyeluruh dan tepat, resistensi dari karyawan diharapkan akan menurun. Kedua, komunikasi yang baik dapat “menjual” alasan untuk perubahan dengan “mengemas” komunikasi tersebut dengan baik.

B.     Partisipatif
Dengan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk turut berpartisipasi dalam proses perubahan tersebut dapat mengurangi tingkat resistensi atau penolakan dari karyawan. Karena tidak mungkin kita menolak keputusan perubahan yang dimana kita ikut serta dalam proses pengambilan keputusannya. Upaya partisipasi ini seperti pedang bermata dua. Disatu sisi, jika karyawan yang dilibatkan dalam proses partisipasi ini memiliki kompetensi, maka akan menghasilkan keputusan yang bermakna, mengurangi tingkat resistensi, mendapatkan komitmen, dan meningkatkan kualitas keputusan untuk sebuah perubahan. Namun pada sisi lain, proses partisipasi ini dapat membuat keputusan yang buruk dan memakan waktu yang lama.

C.     Memberikan Dukungan dan Komitmen
Dukungan dan komitmen perusahaan kepada karyawan sangatlah penting dalam proses perubahan untuk dapat meminimalisir rasa takut dan kecemasan dari karyawan. Memberikan konsultasi dan terapi, memberikan pelatihan keahlian-keahlian yang baru, adalah beberapa langkah yang menunjukkan dukungan dan komitmen perusahaan untuk mendampingi karyawan dalam proses perubahan ini. Kepada karyawan-karyawan yang menolak perubahan ini dapat dilakukan dengan memberikan pensiun dini ataupun memberikan golden shake hand.


D.    Membangun Hubungan Yang Positif
Karyawan akan lebih bersedia untuk menerima perubahan apabila karyawan memiliki kepercayaan terhadap manajemen yang menerapkan proses perubahan. Jika manajemen mampu memfasilitasi terciptanya hubungan yang positif, karyawan dapat lebih menerima proses perubahan, bahkan oleh para karyawan yang tidak setuju akan adanya perubahan.

E.     Menerapkan Perubahan Secara Adil
Yang juga menjadi penting untuk mengurangi atau mengatasi adanya penolakan dari karyawan adalah dengan menerapkan perubahan itu secara adil kepada seluruh karyawan bahkan termasuk kepada jajaran Top Management. Ini menjadi penting karena ekspektasi karyawan terhadap perlakuan yang adil adalah sangat penting. Jika misalnya terjadi pengurangan gaji besar-besaran yang hanya diberlakukan kepada karyawan tingkat paling bawah, menurut anda, apa yang akan terjadi?

F.      Manipulasi dan Kooptasi
Walaupun manipulasi memiliki konotasi makna yang negatif, manipulasi yang dimaksud disini adalah menyamarkan upaya untuk mempengaruhi proses perubahan untuk mengurangi resistensi karyawan. Manipulasi dapat dilakukan dengan cara “memelintir” pesan untuk mendapatkan kerjasama dari karyawan. Sementara kooptasi adalah metode “buying off” yang mengkombinasikan manipulasi dan partisipasi. Kooptasi dapat dilakukan dengan misalnya memberikan jabatan kepada “pemimpin” dari karyawan yang menolak perubahan. Hal ini dilakukan bukan dengan tujuan untuk mendapatkan solusi atau saran, tetapi lebih kepada untuk mendapatkan dukungan.

G.    Merekrut Orang Yang Menerima Perubahan
Beberapa orang memiliki sikap yang positif dalam menghadapi perubahan. Orang yang memiliki konsep diri yang positif dan toleransi risiko yang lebih besar lebih dapat menerima perubahan. Selain merekrut orang yang terbuka kepada perubahan, menjadi penting untuk memilih tim yang dapat beradaptasi, dengan tidak hanya mempertimbangkan motivasi indidual karyawan, tetapi juga motivasi kelompok.

H.    Koersi
Cara terakhir untuk mengurangi tingkat resistensi dari karyawan adalah dengan mengaplikasikan koersi atau mengaplikasikan ancaman secara langsung kepada para karyawan yang menolak adanya perubahan. Namun cara ini juga dapat semakin meningkatkan pertentangan serta dapat meningkatkan turn over ratio.




BAB V
BERBAGAI STRATEGI INTERVENSI

1.      Intervensi struktural (berfokus pada tingkat organisasinya), melalui:
a.       Restrukturisasi/reorganisasi; alasan ekonomi, proses, komunikasi lancar dan pengawasan.
b.      Sistem Imbalan Baru; perilaku fungsi dari konsekuwensi, konvensional, imbalan atas dasar jam   kerja dirubah menjadi imbalan atas dasar kinerja.
c.       Perubahan kultur Organisasi; tangguh, eksis, mampu menghadapi tantangan jaman.

2.      Intervensi Teknikal (berfokus pada tingkat pekerjaannya), melalui;
a.       Rancang Bangun Ulang Pekerjaan (RBUP); RBUP berfokus pada tingkat pekerja: alih tugas (rutinitas tugas), alih wilayah (mengurangi kebosanan dengan perluasan pekerjaan), (horizontalàpeningkatn produktifitas); pekerjaan kekaryaan (vertikal : penggabungan tugas, penciptaan hubungan pekerjaan klien, pengembangan pekerjaan/cara yang paling tepat, membuka saluran umpan balik)
b.      Tim Kerja Otonom; memutuskan, menentukan sendiri sasaran yang ingin dicapai kelompok dan bebas membagi pekerjaan antar anggota kelompok.
c.       Sistem Sosioteknikal; Rancang Bangun Ulang Pekerjaan (RBUP): optimalisasi pemenuhan tuntutan sosial dan teknikal pada pekerjaan pertimbangan sosial (manusia yang bekerja dan interaksinya) dan teknikal (alat, teknik, prosedur,dll yang dipakai dalam pelaksanaan tugas pekerjaan.)
d.      Peningkatan mutu hidup Karyawan
Proses organisasi bersikap tanggapa terhadap kebutuhan pegawai melalui pengembangan mekanisme tertentu yang memungkinkan mereka terlibat penuh dalam pengambilan keputusan mengenai hidup mereka ditempat kerja.  Pengakuan dan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia. Timbulnya konsep pemberdayaan manusia di tempat kerja. Bekerja tidak lagi mutlak dipandang sebagai “cari nafkah” sehingga mandiri dan tidak tergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhan.

3.      Intervensi berfokus pada manusia
a.    Pelatihan Kepekaan
Mengubah perilaku melaui interaksi kelompok yang tidak tersetruktur (lingkungan penuh keterbukaan; diarahkan secara longgar oleh para perilaku organisasi agar tercipta suasana tetap hidup, tidak ada penonjolan peran kepemimpinan)
b.      Umpan Balik melalui Survey
Digunakan untuk mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan sikap anggota organisasi     menemukan kesenjangan/beda presepsi, serta menyelesaikan masalah.
c.    Konsultan Proses
Organisasi masih tetap mungkin untuk disempurnakan dalam semua aspek/seginya.
d.   Pembinaan Tim
Peningkatan interaksi antara anggota tim/antar tim dalam rangka peningkatan sikap saling percaya/keterbukaan.

e.    Pembinaan kerja sama antar kelompok
Mengubah sikap, pendekatan stereotip dan presepsi yang dimiliki oleh suatu kelompok tentang kelompok lain dalam organisasi.

BAB VI
INTERVENSI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
                                                                                                                 
Sebagaimana dimaklumi, organisasi dihadapkan kepada berbagai tantangan yang semakin rumit, bukan saja secara internal, akan tetapi juga karena perkembangan dan  juga tuntutan lingkkungan eksternal, bahkan pada tingkat global yang mau tidak mau mengharuskan organisasi meningkatkan efesiensi, efektifitas dan produktivitas kerja.
Berbagai organisasi niaga dan nirlaba terus menerus menghadapi berbagai masalah :
a.       Tingkat [roduktivitas yang tidak stabil.
b.      Ketidakpuasan di kalangan para pekerja
c.       Persaingan yang emakin tajam
d.      Makin santerrnya tuntutan untuk menghilangkan kebijakan yang bersifat proteksionistik.
e.       Timbulnya jenis-jenis industribaru .
f.       Makin kuatnyatuntutan internal untuk menempuh kebijaksanaan dan sentralisasi pengambilan keputusan.
g.      Makin dominannya pandangan bahwa organisasi yang ‘’datar’’ dengan jumlah tingkat manajemen yang berkurang lebih baik di bandingkan dengan struktur organisasi hierarkikal.
h.      Berrkurangnya jabatan staf yang bersifat penunjang
i.        Pengawasan yang lebih longgar karena rasa tanggung jawab para anggota organisasi yang semakin besar dan tingkat kedewasaan yang berakibat pada kondisi bahwa mereka semakin dapat di andalkan.
Karena semua itu pula konsultan PO melakukan pila berbagai bentuk intervensi demi meningkatkan produktivitas kerja individu, kelompok kerja dan dibahas dalam bagian ini ialah rancanagan bangun pekrjaan termasuk rancangan peningkatan mutu kehidupan karyawan.

BAB VII
ARAH DAN AGENDA PO DI MASA DEPAN
Telah terlihat dengan sangat jelas dari pembahasan berbagai filsafat, teori, konsep, topic, pendekatan, bentuk- bentuk dan teknik-teknik intervens PO, bahwa mau tidak mau, suka tidak suka, manajemen harus mempunyai PO untuk dilaksanakan agar organisasi mampu menghadapi berbagai bentuk tantangan yang timbul sebagai akibat perubahan yang berlangsung secara pesat pada lingkungan internal dan eksternal organisasi yang bersangkutan. Sehingga Organisasi perlu memiliki kemampuan merumuskan strategi jangka panjang yang diarakan kepada :
a.       Peningkatan efektivitas kerja.
b.      Meningkatkan productivitas organisasi.
c.       Pemantapan ketangguhan mempertahankan eksistensinya dalam kondisi yang penuh ketidakpastian.
d.      Menampilkan dan memelihara keunggulan kompetitif.
e.       Ketangguhan menghadapi berbagai tuntutan lingkungan yang berubah dengan pesat.
f.       Keberanian mengubah kultur organisasi jika ternyata ia menjadi penghalang bagi terlaksananya perubahan yang diharapkan terjadi.

Untuk melakukan semua ini, para pakar manajemen telah mengembangkan suatu disiplin ilmu baru yang dikenal sebagai ‘’ pengembangan organisasi’’ (PO). Berdasarkan pengalaman banyak organisasi yang telah mengalaminya, dewasa ini PO dirasakan sebagai instrument handal untuk mewujudkan perubahan terencana yang di harapkan. Akan tetapi agar PO sebagai suatu disiplin dan istrumen ilmiah tetap dapat diandalkan, ia harus mampu menyelesaikan berbagai isu dan tantangan yang dihadapinya.
Karena PO merupakan suatu proses yang terus berlangsung secara berkelanjutan, berakhirnya suatu siklus perubahan pada dirinya mengarah pada relevan untuk dialami agar siklus itu berlangsung dengan sistematik, adalah evaluasi dan stabilisasi program aksi, berbagai isu baru yang akan dihadapi dalam PO dan kearah mana PO akan berkembang dimasa depan.

BAB VIII
KESIMPULAN

            Pengembangan Organisasi merupakan proses, pendekatan atau metode yang bertujuan untuk mengadakan sebuah perubahan dalam sebuah organisasi kearah yang lebih baik. Dengan penerapan nilai-nilai, ide dan gagasan-gagasan baru yang lebih signifikan agar organisasi semakin berkembang kearah yang positif dan maju.
Beberapa ahli telah banyak mengemukakan pendapatnya mengenai pengembangan organisasi, diantaranya Felix A. Nigro dan Lloyd G. Nigro dalam buku Modern Public Administration, yang mengemukakan bahwa pengembangan organisasi merupakan suatu pendekatan yang didasarkan atas ilmu sosial terhadap analisis masalah-masalah organisasi dan pengefektifan perubahan yang diarahkan dengan menggunakan konsultan-konsultan yang terlatih atau ahli-ahli dalam perusahaan.
Dalam proses pelaksanaannya, pengembangan organisasi memerlukan teknik-teknik yang digunakan sebagai alat atau upaya untuk pencapaian tujuan yang diinginkan dan sangat berpengaruh dalam proses pengembangan organisasi. Beberapa teknik yang digunakan dalam proses pengembangan organisasi yaitu :
  1. Latihan Kepekaan (Sensifity Training)
  2. Pembentukan Tim (Tim Building)
  3. Survei Umpan Balik (Survey Feedback)
  4. Transcational Analysis (TA)
  5. Intergroup Activities;
  6. Konsultasi Proses (Process Consultation)
  7. Third-part Peacemaking



Disamping itu, model pengembangan organisasi  juga sangat dibutuhkan sebagai komunikasi antara agen pembaharu dengan anggota-anggtota yang ada dalam organisasi. Dalam pengembangan organisasi, hal yang penting selanjutnya adalah agen perubahan dalam organisasi. Sebagai penentu perubahan apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan, baik tidaknya perubahan yang akan dihasilkan, sehingga para agen harus benar-benar mengetahui perannya masing-masing. Berwawasan luas dan mempunyai kepercayaan diri yang kuat, karena akan berdampak langsung pada pelaksanaan organisasi dan masyarakat luas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MANAJEMEN RESIKO PETANI KARET K3 DASAR

TUGAS  UTS K3 DASAR MANAJEMEN RESIKO PADA PETANI KARET Oleh: GUSNI KHAIDIR NIM 1605026 Dosen: dr.  ERNA TRESNANINGSI ,  MOH., PhD PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT STIKes HANG TUAH PEKANBARU 2017 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan merupakan tujuan dari seluruh keluarga. Kesejahteraan   diartikan sebagai kemampuan keluarga untuk memenuhi semua kebutuhan   untuk bisa hidup layak, sehat, dan produktif. Berdasarkan data BPS (2010),   masih terdapat sekitar 31 juta orang atau 13,3% penduduk yang tinggal di   bawah garis kemiskinan atau mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk   memenuhi semua kebutuhan pokoknya. Penduduk miskin ini sebagian besar   tinggal di wilayah perdesaan yang erat kaitannya dengan usaha   pertanian   Tingkat penghasilan/pendapatan seseorang akan berpengaruh besar   terhadap ketenangan atau kesejahteraan, orang bisa menjadi tidak sejahtera   dalam rum

DASAR K3 MANAJEMEN RESIKO PADA BURUH/KULI BANGUNAN OLEH RIZAL HUSFAUDIN

TUGAS UTS DASAR K3 MANAJEMEN RESIKO PADA BURUH/KULI BANGUNAN ( Di Desa Tasik Juang SP3 jalur 5 Kecamatan Lubuk Batu Jaya, INHU) Oleh: RIZAL HUSFAUDIN NIM : 1605023 Dosen : dr. Erna Tresnaningsih, MOH., PhD PEMINATAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HANG TUAH PEKANBARU T.A 2017-2018 BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Pada awalnya manusia hanya memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai sarana dan prasarana ataupun infrastruktur dalam kehidupannya. Seperti halnya memanfaatkan gua sebagai tempat tinggal. Kemudian memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai bahan-bahan untuk membuat infrastruktur seperti halnya batu, tanah dan kayu. Kemudian setelah ditemukan bahan bahan tambang yang dapat digunakan untuk membuat alat atau benda yang menunjang sebuah bangunan seperti halnya barang logam dan m