Langsung ke konten utama

DASAR K3 MANAJEMEN RESIKO PADA BURUH/KULI BANGUNAN OLEH RIZAL HUSFAUDIN

TUGAS UTS DASAR K3
MANAJEMEN RESIKO PADA BURUH/KULI BANGUNAN
(Di Desa Tasik Juang SP3 jalur 5 Kecamatan Lubuk Batu Jaya, INHU)






Oleh:
RIZAL HUSFAUDIN
NIM : 1605023





Dosen : dr. Erna Tresnaningsih, MOH., PhD




PEMINATAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
HANG TUAH PEKANBARU
T.A 2017-2018

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada awalnya manusia hanya memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai sarana dan prasarana ataupun infrastruktur dalam kehidupannya. Seperti halnya memanfaatkan gua sebagai tempat tinggal. Kemudian memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai bahan-bahan untuk membuat infrastruktur seperti halnya batu, tanah dan kayu. Kemudian setelah ditemukan bahan bahan tambang yang dapat digunakan untuk membuat alat atau benda yang menunjang sebuah bangunan seperti halnya barang logam dan mengolah bahan bahan alam seperti mengolah batuan kapur, pasir dan tanah. Dalam perkembangannya, manusia membuat bahan bahan bangunan dari hasil industri atau buatan manusia yang bahan-bahannya bakunya diambil dari alam.
Manusia hidup selalu dihadapkan pada masalah kebutuhan dan keinginan atau alat pemuas kebutuhan. Kebutuhan merupakan suatu hal yang harus dipenuhi agar orang dapat bertahan hidup. Seperti yang kita ketahui, kebutuhan primer yang merupakan kebutuhan utama yang benar-benar sangat dibutuhkan dan sifatnya wajib untuk dipenuhi agar seseorang dapat mempertahankan hidupnya. Di dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan 3 kebutuhan primer, yakni sandang, pangan, dan papan. Ketiga kebutuhan tersebut sangat penting dan harus dipenuhi untuk kelangsungan kehidupan manusia itu sendiri. Salah satu kebutuhan primer itu adalah papan/tempat tinggal atau lebih sering disebut rumah.
Seperti yang kita ketahui, manusia adalah makhluk sosial, yang selalu membutuhkan bantuan dari orang lain. Begitu pula halnya terhadap usaha kita dalam memenuhi kebutuhan primer di atas. Salah satu kebutuhan primer yang harus dipenuhi adalah rumah atau tempat tinggal. Kita menyadari kemampuan yang ada dalam diri kita berbeda-beda. Dalam hal ini, tidak semua orang mempunyai kemampuan untuk membangun sebuah rumah. Untuk itu, kita membutuhkan bantuan dari orang yang memiliki skill dalam hal membangun sebuah rumah. Tentunya tidak mudah untuk membangun atau membuat sebuah rumah, belum lagi dengan risiko yang akan dihadapi. Dalam hal ini adalh kuli bangunan yang secara khusus dan ahli dalam membuat atau membangun suatu bangunan.
Tanpa jasa seorang kuli bangunan, rumah tempat kita tinggal saat ini tidaklah ada. Tidak mungkin seseorang dapat membangun rumahnya sendiri tanpa bantuan orang lain, karena kita adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Setiap pekerjaan yang di lakukan oleh manusia mana pun di muka bumi ini selalu memiliki sebuah dampak negative dan bahaya yang dapat berisiko ringan hingga fatal. Bahaya atau lebih di kenal dengan istilah Hazard ini, perlu di hindari agar tidak mengganggu kenyamanan dan keamanan dalam melakukan berbangai pekerjaan. Oleh karena itulah, dilakukan penelitian mengenai resiko dari pekerjaan tersebut.

B.     Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana manajemen risiko pada kegiatan pembangunan suatu rumah menggunakan batako di Kecamatan Lubuk Batu Jaya Desa Tasik Juang SP3 jalur 5.
2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui faktor risiko dari pembangunan rumah yang menggunakan batako
b.      Untuk mengetahui pengendalian risiko dalam manajemen risiko pada kegiatan pembanguna rumah menggunakan  batako.



                                                                               
C.    Manfaat Penelitian
1.      Bagi Praktisi
a.       Dapat menjadi referensi bagi para pekerja bangunan tentang potensi bahaya kecelakaan kerja yang bisa didapat dari rutinitas bekerja sehari-hari dari yang paling sering terjadi sampai kepada kecelakaan paling berat yang mungkin dihadapinya.
b.      Dapat mengetahui cara pengendalian risiko guna mengurangi bahaya
 kecelakaan kerja.
2.      Bagi penulis
a.       Menambah pengetahuan tentang manajemen risiko khususnya bagi pekerja bangunan yang akan disampaikan pada materi dasar-dasar keselamatan dan kesehatan kerja.



















BAB II

LANDASAN TEORI


A.    Pengertian Bangunan
Yang Dimaksud Dengan Bangunan Adalah Ilmu Pengetahuan Yang Mempelajari Hal-Hal Yang Berhubungan Dengan Perencanaan Dan Pelaksanaan Pembuatan Maupun Perbaikan Bangunan. Dalam Penyelenggaraan Bangunan Diusahakan Ekonomis Dan Memenuhi Persyaratan Tentang Bahan, Konstruksi Maupun Pelaksanaannya. Bangunan Merupakan Hasil Karya Orang Yang Mempunyai Tujuan Tertentu Untuk Kepentingan Perorangan Maupun Untuk Umum. Bangunan Yang Bersifat Penambahan Atau Perubahan Dan Telah Ada Menjadi Sesuatu Yang Lain/Berbeda, Tetapi Juga Dengan Tujuan Tertentu Dan Untuk Kepentingan Perorangan Maupun Untuk Umum.
Bangunan rumah tinggal dibuat orang untuk kepentingan tempat tinggal dalam arti yang luas. Untuk masa sekarang tidak hanya sekedar tempat berlindung atau berteduh tetapi sebagai tempat pembinaan keluarga.Kantor dibuat untuk pelayanan masyarakat, sedangkan jembatan dan bendungan dibuat orang untuk tujuan prasarana kemakmuran rakyat. Kesemua hal di atas disebut dengan bangunan karena tidak dapat dengan mudah dipindahkan mengingat berat kecuali bila dibongkar.
Dalam pembuatannya bangunan tidak cukup hanya satu orang pekerja saja, tetapi kadang-kadang memerlukan ratusan sampai ribuan pekerja tergantung besar kecilnya bangunan yang dibuat. Pekerja dalam mengerjekan pembangunan suatu rumah, kantor dan fasiltas masyarakat dapat disebut sebagai kuli ban b gunan.
B.     Kuli Bangunan
Hadirnya tukang bangunan atau kuli bangunan dalam proses membangun atau merenovasi rumah merupakan pendukung penting dalam membangun rumah atau merenovasi rumah karena tanpa adanya tukang siapa yang akan mengerjakan apa yang telah di desain oleh arsitek.     
   Para pekerja bangunan dituntut bekerja dengan maksimal dan menghasilkan produk yang diharapkan. Para pekerja melakukan pekerjaan yang kurang nyaman seperti mengaduk bahan bangunan secara membungkuk, memecahkan batu dilakukan secara membungkuk, menata batu bata yang dilakukan dengan berdiri, mengecat tembok dengan miring. Kebiasaan seseorang seperti duduk, berdiri, membungkuk dapat menyebabkan terjadinya kelelahan, ketegangan otot, dan akhirnya rasa sakit selain itu tulang tidak jadi lurus, otot-otot, ruas serta ligamen pun akan tertarik lebih keras 
Kuli bangunan adalah orang yang bekerja di bidang pembangunan suatu proyek dengan mengandalkan kekuatan fisik serta keahlian dan kuli bangunan merupakan suatu pekerjaan yang memiliki resiko tinggi. Situasi dalam lokasi proyek pembangunan, mencerminkan karakter yang keras dan kegiatannya terlihat sangat kompleks sulit dilaksanakan sehingga dibutuhkan stamina dari pekerja yang melaksanakannya. Menjadi seorang kuli bangunan bukan lah hal yang mudah, disamping fisik dan stamina yang kuat, pola fikir juga harus diperhatikan dalam keselamatan kerja. Seorang kuli bangunan dan seorang mandor memiliki tanggung jawab yang sama dalam kegiatan pembangunan suatu proyek, tetapi faktanya seorang mandor hanya bisa menyuruh-nyusuh bawahannya (kuli bangunan) dan seorang mandor hanya bisa duduk-duduk santai tanpa menghiraukan laporan dari pekerja (kuli bangunan) sehingga berdampak kecelakaan.
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak dikehendaki, terjadi pada waktu melakukaan pekerjaan dan menimbulkan akibat kerugian personil, harta benda atau kedua-duanya. Kebutuhan K3 yang semakin meningkat tidak hanya pada masyarakat industri (sektor formal) tetapi juga penting bagi masyarakat khususnya pelaku sektor usaha skala kecil dan menengah (small medium enterprise). Fakta menunjukkan bahwa seorang mandor tidak memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang pimpinan yang seharusnya menjaga keselamatan jiwa anak buahnya (kuli bangunan). Bukan hal yang asing jika kita mendengar berita di televisi atau media masa tentang kecelakaan kerja pada kegiatan pembangunan proyek.
Penyebab kecelakaan kerja itu sendiri bukan hanya akibat kelalaian mandornya, tetapi juga terjadi karena kurangnya pendidikan kuli bangunan akan K3 sehingga mereka bekerja tanpa mempedulikan bahaya yang mungkin terjadi selama proses pembangunan. Meski mereka mengerti akan peralatan kerja, tetapi mereka selalu beranggapan bahwa sebelumnya selalu aman meski tanpa peralatan kerja sehingga mereka tidak mau mengenakannya. Hal inilah yang banyak menyebabkan kecelakaan kerja.
Maka dari itu setiap tenaga kerja termasuk kuli bangunan di lindungi oleh Undang-Undang tentang perlindungan tenaga kerja, seperti :
1.      UU RI No. 1 tahun 1970  tentang keselamatan kerja
Yang diatur oleh undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air maupun diudara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia
2.      Undang-undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)
Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.
3.      Peraturan Menteri Tenaga Kerja No: Per.05/Men/1996 mengenai sistem manajemen K3
Sistern Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut Sistern Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko, yang berkaitan dengan kegiatan keja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif
C.    Beberapa Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pembangunan
Rumah merupakan salah satu kebutuhan primer. Maka dari itu kita harus sangat memperhatikan kebutuhan kita yang satu ini. Dalam pembuatan rumah ada beberapa faktor yang harus diperhatikan agar dalam pembangunan tersebut sesuai dengan yang diharapkan.
1.      Keadaan tempat tinggal didalam lokasi proyek
a.       Kebersihan tempat kerja
1)      Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus dipindahkan ke tempat yang aman
2)      Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan untuk mencegah terjadinya kecelakaan
3)      Peralatan dan benda-benda kecil tidak boleh dibiarkan karena benda-benda tersebut dapat menyebabkan kecelakaan, misalnya membuat orang jatuh atau tersandung (terantuk)
4)      Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan bertumpuk ditempat kerja.
5)      Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau sebab lain harus dibersihkan atau disiram pasir, abu atau sejenisnya
6)       Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus dikembalikan pada tempat penyimpanaan semula.
b.      Pembuangan kotoran limbah diatur perletakannya agar tidak menggangu kesehatan
2.      Peralatan kerja
a.       Peralatan kerja harus lengkap, yaitu:
1)      Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda keras selama bekerja
2)      Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena licin atau melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya
3)      Kacamata keselematan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata pada lokasi pekerjaan yang banyak serbuk metal atau serbuk material keras lainnya
4)      Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator telah tertutup rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
5)      Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan bahan yang keras, misalnya membuka atau mengencangkan baut dan sebagainya
b.      Peralatan kerja dijaga mutunya (jangan sampai usang dan kondisinya rusak)
c.       Adanya penyuluhan jika menggunakan mesin berat dan peralatan elektronika dengan benar
d.      Adanya pengaman pada mesin berat dan peralatan elektronika
3.      Fisik Pekerja
a.       Stamina pekerja
b.       Kondisi emosi pekerja yang labil
c.       Pola fikir pekerja yang biasanya kurang memperhatikan keselamatan kerja
d.      Motivasi dalam bekerja
e.       Pengetahuan pekerja tentang standar K3, penggunakan fasilitas kerja, dan berbagai hal dalam pekerjaan konstruksi
4.      Pengaturan Lain
a.       Jumlah pekerja
b.      Pengaturan jam kerja dan jam lembur
c.       Penerapan shift kerja
d.       Umur pekerja
e.       Jenis kelamin pekerja
f.        Pengelolaan tempat tinggal di dalam proyek
D.    Manajemen Resiko
Manajemen resiko adalah  pengelolaan resiko dengan menerapkan secara sistematis suatu kebijakan manajemen, prosedur dan aktifitas dalam kegiatan identifikasi, analisa, penilaian, pengendalian bahaya dan pemantaun serta review resiko.
Adapun tujuan dari manajemen resiko adalah sebagai berikut:
1.      Meminimalkan kerugian dan meningkatkan produktifitas
2.      Memotong mata rantai kejadian kerugian, sehingga efeknya tidak terjadi.
3.      Mencegah terjadinya kerugian berupa cidera dan penyakit akibat hubungan kerja.
Manfaat manajemen resiko adalah sebagai berikut :
1.      Pemenuhan perundangan
2.      Mencegah kerugian finansial
3.      Meningkatkan nilai saham
4.      Menekan gangguan bisnis
5.      Memelihara kelangsungan usaha.
E.     Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya potensial pada petugas pengelolaan limbah medis padat di lingkungan rumah sakit. Bahaya potensial atau hazards yang akan di identifikasi adalah:
1.    Bahaya potensial fisik
2.    Bahaya potensial kimia
3.    Bahaya potensial biologi
4.    Bahaya potensial ergonomi
5.    Bahaya potensial psikologi




BAB III
PROSES KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
A.    Gambar proses kerja pembangunan rumah di Kecamatan Lubuk Batu Jaya Desa Tasik Juang SP3 jalur 5, INHU












































B.     Analisa Resiko
Proses Kerja
Bahaya Potensial
Kecelakaan Kerja
Penyakit
Akibat
kerja
Manajemen
Risiko
Penanggulangan
Fisik
Kimia
Biologi
Ergonomi
Psikososial
Mengangkat sendirian dan Membuka kantong semen tanpa menggunakan masker

Menghirup debu semen

Membungkuk dan menahan beban

Sesak nafas dan otot tegang
Badan pegal-pegal, batuk
6
Beristirahat secara berkala dan menggunakan masker
Mengaduk semen tanpa menggunakan molen dan tidak  menggunakan sarung tangan dan sepatu bot
  Panas matahari
Terkena adonan semen
Bakteri dan kuman dari pasir tercampur semen
Membungkuk terlalu lama
Bekerja berulang ulang pada satu objek.

Dehidrasi, tulang punggung kaku dan gatal pada tangan dan kaki
Gatal-gatal pada tangan dan kaki,  sakit pinggang dan stres kerja
9
Menggunakan APD lengkap,  beristirahat secar berkala dan perbanyak minum air putih
Melepas papan dengan keamanan seadanya dan  Pijakan kaki yang tidak aman
Panas matahari
Terhirup serbuk sisa cat pada papan
Jamur dari papan yang sudah lapuk
Menjinjit dan Membungkuk terlalu lama dan  Pijakan kaki yang tidak aman

Terjatuh dari pijakan kaki dan batuk, iritasi kulit
Patah tulang, sesak nafas,gatal-gatal , kram
12
Menggunakan APD dan membuat  tempat pijakan kaki yang safety
Membawa adonan semen tanpa APD
Panas matahari,
Terkena adonan semen

Peregangan otot tangan dan menahan beban

Dehidrasi dan kaki terkena benda tajam dan pegal-pegal
Kelelahan,Infeksi luka benda tajam, kram
15
Beristirahat secar berkala dan perbanyak minum air putih
Menaikan batako keatas tanpa menggunakan sarungan tangan
,

Jamur akibat keringat tercampur semen batako
Menjinjit  dan membungkuk terlalu lama
Bekerja berulang ulang pada satu objek
Tangan kapalan, tertimpa batako dan iritasi kulit
Kulit tangan mengeras, gatal-gatal dan kram
9
Menggunakan sarung tangan dan bertukar posisi saat menaikkan batako
Pemasangan batako dengan pijakan kaki tidak aman
Panas matahari,


Menjinjit dan membungkuk terlalu lama  dan  Pijakan kaki yang tidak aman
Stres karena pekerjaan memasang batako sendirian
Dehidrasi, Terjatuh dari pijakan kaki yang tidak aman, mata terkena semen saat pemasangan batako
Kelelahan  dan kulit hitam, Patah tulang, iritasi mata dan posisi tulang dapat berubah
20
Menggunakan APD helm, perbanyak minum air putih dan  membuat  tempat pijakan kaki  yang safety
Pekerja bangunan tidak ada yang menggunakan APD
Panas matahari

Jamur dari keringat pekerja

Stres karena 1 bidang  pekerjaan hanya dilakukan oleh 1 orang sehingga monoton
Dehidrasi, kulit iritasi dan tidak konsen
 Kelelahan  dan kulit hitam, gatal-gatal, stres kerja
15
perbanyak minum air putih, selalu membawa handuk unutk keringat dan beristirahat secara bersama-sama
































C.    Analisa Semikualitatif


Hazard Severity
Jarang Terjadi

1
Kurang Mungkin Terjadi
2
Mungkin Terjadi

3
Sangat Mungkin Terjadi
4
Hampir Pasti Terjadi
5

Tidak Ada Pengaruh
1





Pengaruh Sangat Ringan
2



Menghirup debu semen
6

Stres karena 1 bidang  pekerjaan hanya dilakukan oleh 1 orang sehingga monoton
15
Pengaruh Ringan
3


Bakteri dan kuman dari pasir tercampur semen
9
Terhirup serbuk sisa cat pada papan dan Terkena adonan semen
12

Pengaruh Serius
4


Jamur akibat keringat tercampur semen batako, Jamur dari keringat pekerja
9


Pengaruh Fatal
5


Peregangan otot tangan dan menahan beban
15
Menjinjit dan membungkuk terlalu lama  dan  Pijakan kaki yang tidak aman
20




D.    Evaluasi Resiko

No
Hazard
Skor dan Resiko
1
Menjinjit dan membungkuk terlalu lama  dan  Pijakan kaki yang tidak aman

20
Pengaruh Fatal dan Sangat Mungkin Terjadi
2
Peregangan otot tangan dan menahan beban

15
Pengaruh Fatal dan Mungkin Terjadi

3
Stres karena 1 bidang  pekerjaan hanya dilakukan oleh 1 orang sehingga monoton

15
Pengaruh Ringan dan Sangat Mungkin terjadi
4
Terhirup serbuk sisa cat pada papan dan Terkena adonan semen

12
Pengaruh Ringan dan Sangat Mungkin Terjadi
5
Jamur akibat keringat tercampur semen batako, Jamur dari keringat pekerja

9
Pengaruh Serius dan Sangat Mungkin Terjadi
6
Bakteri dan kuman dari pasir tercampur semen
9
Pengaruh Ringan Dan Mungkin Terjadi
7
Menghirup debu semen


6
Pengaruh Sangat Ringan dan Mungkin Terjadi







E.     Pengendalian Risiko

No
Hazard
Pengendalian
1
Menjinjit dan membungkuk terlalu lama  dan  Pijakan kaki yang tidak aman

Sebaiknya pekerja membuat pijakan kaki yang lebih aman baik saat naik, bekerja serta turun dan menggunakan kaca mata safety saat pemasangan batako serta istirahata secara berkala
2
Peregangan otot tangan dan menahan beban

Pekerja diwajibkan istirahat secara berkala untuk menghindari terjadinya peregangan otot karena beban yang berat dan menggunakan alat untuk mengangkat benda yang erat
3
Stres karena 1 bidang  pekerjaan hanya dilakukan oleh 1 orang sehingga monoton

Pekerja harus beristirahat secar berkala dan bersama-sama, dikarenakan pekerja yang tersedia sangat terbatas untuk menghindari stres kerja
4
Terhirup serbuk sisa cat pada papan dan Terkena adonan semen

Pekerja harus menggunakan masker, dan menggunakan sarung tangan serta sepatu safety saat melepasa panan dan mengelola semen
5
Jamur akibat keringat tercampur semen batako, Jamur dari keringat pekerja

Pekerja sebaiknya selalu membersihkan dengan kain atau air setiap bagian tubuh yang berkeringat
6
Bakteri dan kuman dari pasir tercampur semen
Sebaiknya pekerja menggunakan APD sarung tangan saat mengambil pasir, sebab pasir bisa saja terkontaminasi oleh hewan serta saat mengelola pasir dengan semen harus menggunakan APD
7
Menghirup debu semen

Sebaiknya semua pekerja menggunakan masker, terutama bagi pekerja yang mengelola semen.





F.     Kesimpulan Dan Saran
1.      Kesimpulan
Masih terabaikannya keselamatan dan kesehatan kerja oleh pekerja pada proses pembangunan rumah di Kecamatan Lubuk Batu Jaya Desa Tasik Juang SP3 jalur 5. Dikarenakan para pekerja mendapat keahlian membangun rumah berdasarkan keahlian secara otodidak dan tidak pernah mengikuti pelatihan dan seminar tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Ditambah lagi para pekerja buruh atau kuli bangunan berada di daerah yang jauh dari perkotaan.
2.      Saran
Sebaiknya para pekerja lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya,, serta membuat fasilitas pendukung yang lebih aman baik saat naik, bekerja diatas dan turun. Selain itu para pekerja harus benar-benar memanfaatkan fasilitas yang tersedia dalam melakukan pengangkatan beban berat dan selalu menggunakan Alat Pelindung Diri saat bekerja.















DAFTAR PUSTAKA

Ernawati, Atie. (2010).  Peningkatan Keahlian Tukang Bangunan Guna Menunjang Program K3 Dan Iso 9002 Dalam Bidang Pekerjaan Jasa Konstruksi.  Program Studi Teknik Arsitektur, FTMIPA, Universitas Indraprasta PGRI. Jurnal Ilmiah Faktor Exacta Vol. 3 No. 3 September 2010.

Miftahudin, Hanif. (2016). Hubungan Antara Sikap Kerja Membungkuk Dengan Perubahan Kurva Vertebra Pada Kuli Bangunan. Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.



Htcoretantimothy.Blogspot.Co.Id/2010/03/Peraturan-Menteri-Tenaga-Kerja-No.Html
Lingkungan hidup 8blog.Wordpress.Com/2013/06/02/Hazard-Kuli-Bangunan
Love-Is-Earth.Blogspot.Co.Id/2013/06/Hazard-Kuli-Bangunan.Html







Komentar

  1. Thanks infonya, jangan lupa kunjungi website kami juga Thanks for info http://bit.ly/2MBC6vZ

    BalasHapus
  2. Artikel yang sangat bagus sekali, bermanfaat dan menambah wawasan. Untuk keperluan pelayanan ada mesin yang sangat penting, mesin yang akan di produksi massal senilai 72 milyar, mesin fenomenal dan viral di masa sekarang dan masa depan yaitu : klik di bawah ini ...
    MESIN ANTRIAN
    Pabrik mesin antrian terraguno, handal dan terpercaya.

    BalasHapus
  3. untuk memaksimalkan dan menjalankan manajemen resiko dibutuhkan sistem human resource management

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MANAJEMEN RESIKO PETANI KARET K3 DASAR

TUGAS  UTS K3 DASAR MANAJEMEN RESIKO PADA PETANI KARET Oleh: GUSNI KHAIDIR NIM 1605026 Dosen: dr.  ERNA TRESNANINGSI ,  MOH., PhD PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT STIKes HANG TUAH PEKANBARU 2017 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan merupakan tujuan dari seluruh keluarga. Kesejahteraan   diartikan sebagai kemampuan keluarga untuk memenuhi semua kebutuhan   untuk bisa hidup layak, sehat, dan produktif. Berdasarkan data BPS (2010),   masih terdapat sekitar 31 juta orang atau 13,3% penduduk yang tinggal di   bawah garis kemiskinan atau mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk   memenuhi semua kebutuhan pokoknya. Penduduk miskin ini sebagian besar   tinggal di wilayah perdesaan yang erat kaitannya dengan usaha   pertanian   Tingkat penghasilan/pendapatan seseorang akan berpengaruh besar   terhadap ketenangan atau kesejahteraan, orang bisa menjadi tidak sejahtera   dalam rum

REVIEW BUKU TEORI PENGEMBANGAN ORGANISASI

  REVIEW BUKU Oleh : GUSNI KHAIDIR 1605026 DOSEN : Dr. BUDI HARTONO PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT STIKES HANG TUAH PEKANBARU 2017 Judul Buku        : Teori Pengembangan Organisasi Penilus                : Prof. Dr. Sondang P. Siagian, MPA ISBN                   : 979-526-262-9 Editor                 : 1-cet. 7.--Jakarta : Bumi Aksara, 2012. Penerbit              : PT BUMI AKSARA Desain Cover     : Remaja Rosdakarya Layout Isi           : 270 hml. Tanggal Terbit   : Juli 2014. Harga                  : Tebal                   : 23 cm BAB I FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN PENGEMBANGAN ORGANISASI Organisasi yang mampumewujudkan perubahan yang akan lestari karena berada pada kondisi siap menghadapi berbagai tantangan yang berbentuk, jenis dan interaksinya belum pernah terjadi sebelumnya. Berbagai factor yang menyebabkan timbulnya tantangan dan perubahan tersebut sebagai be